Ananda
Qaanita yang ayah sayangi,
Assalamualaikum
Wr. Wb
Kalau
dalam surat ayah sebelumnya ada cerita tentang ayah yang bermimpi bertemu mama
dalam suasana bahagia,rabu pagi tadi setelah solat malam dan solat subuh, ayah
tidur lagi (padahal janjian olah raga bareng) dalam mimpi pagi di hari rabu
ayah melihat ketabahan dan kesabaran mama menanti ayah yang sedang menjalankan
banyak pekerjaan dengan dua anaknya yang masih kecil-kecil entah siapa mereka,
abang dan anit yang masih kecil kah atau anit dan najiah yang masih bayi …
Meskipun nampak letih dan lelah juga bête tapi wajahnya yang imut-imut
memancarkan ketabahan dan kesabaran dalam penantian… menanti ayah membantu
meringankan tugas-tugas yang sedang ia jalankan… suasanannya seperti di Eropa
atau mungkin di sebuah guest house di Islam abad…
Perjalanan
hidup mamamu spectacular, tidak ada satu ikhwahpun di Indonesia ini yang pernah
mengalami apa yang pernah di jalani mamamu dia adalah wanita baja di hadapan
terpaan ujian rintangan dan terpaan selain beribu penderitaan hidup sedikitpun
dia tak pernah mengeluh saat kesulitan melanda, dan dia juga tidak pernah
bangga saat banyak kemudahan yang terbentang dalam kehidupannya… kesabaran yang
begitu dalam saat menanti berbagai uraian dari rangkaian perjalanan panjang
yang spektakuler, tragedi2 kehidupan yang tidak pernah dia bayangkan bahkan
tidak pernah muncul dalam mimipi-mimpinya saat beliau ayah nikahi di tahun 1984
Januari 11, kadang tiba juga uraian latar belakang dan tujuan dari ribuan tanda
tanyannya yang ada di benaknya, walau hanya sedikit, walau tidak segitu
gamblang walau masih banyak yang belum ia dapat…
Tapi
mamamu selalu menganalisannya sendiri, menemukan jawabannya sendiri dan
menentramkan jiwanya sendiri dari rasa penasaran dalam mendampingi perjalan
panjang ayah sejak tahun 1989 di luar negri
Mamamu
selalu siap melangkah membawa badannya yang imut-imut
dengan
menggendong putra-putrinnya yang selalu ceria untuk mengikuti ayah
berpindah-pindah dari satu kota ke kota lain bahkan dari satu Negara ke Negara
lain…
Belum
lagi antara 1984- 1989 dari suatu lingkungan keluarga yang ramah ke keluarga
yang tidak memiliki keramahan dalam memperlakukan mama dia hanya diam tersenyum
pahit sambil nyubit-nyubitin ayah, kadang sambil cemberut lalu menggigit-gigit
ayah untung bibirnya tipis, jadi ayah bisa nahan rasa sakit
Mamamu
adalah teladanmu, dalam hal kesabaran, mamamu adalah maha gurumu dalam hal
ketabahan, mamamu adalah panutanmu dalam hal keuletan….katakan kalimat-kalimat
ini pada saudara-saudari anit… Kreasi dan inovasinya tidak pernah pudar dalam
berbagai situasi yang harus dia hadapi, untuk memecahkan kebekuan suasana,
untuk mencairkan gunung es kejenuhan tatkala ayah sedang jauh dari sisinya…
Putra
putrinnya menjadi muara nilai-nilai dan mutiara hikmah yang dia peroleh dalam
tafakurnya memahami jalan hidupnya, mendampingi suami, berjuang bersama suami,
membekali kebutuhan perjuangan suami… hingga tahun-tahun terakhir ini sebelum
ia memunculkan kreasi dan inovasi baru yang tidak sepenuhnya mengagumkan ayah
dan tidak seluruhnya melegakan ayah yaitu sejak ayah masuk dunia politik.
Padahal
air politik adalah bagian yang tidak bisa di pisahkan dari mata rantai
perjalanan dan perjuangan ayah sejak sebelum menikah hingga menikah, hingga
punya anak banyak… hingga ayah di kuburkan… siapapun yang nanti mati duluan…
itulah nit mengapa ayah begitu mencintai mamamu lihatlah tak satupun
saudari-saudarimu yang tidak mewarisi sifat-sifat mamamu, walau mereka ada yang
secara expresi menyuarakan pandangan dan pikirannya pada ayah secara lantang
tapi itu hanya expresi setiap dari kepribadiannya, mereka tidak selalu
menyertai expresinnya tapi menyertai kepribadian yang di tumpahkan mamamu…
Inilah
mamamu di mata ayah anit dan itulah mamamu di hati dan kehidupan ayah nit…
ayahpun berkerap, berharap, dan berdoa… begitulah pula putra putri ayah bagi
pasangan hidupnya masing-masing nanti dalam menghadapi terpaan dan ujian di
sepanjang Jalan Allah SWT saat ini dan nanti…
LHI
sponsor: www.qr-tijaroh.com