Assalamu’alaikum, Nak, dengarlah abimu ini ingin menyampaikan sesuatu kepadamu. Barangkali ini akan menjadi bekal hidupmu dalam mengarungi samudera kehidupan yang dipenuhi onak dan duri. Begitu banyak pertarungan yang akan engkau temui. Pertarungan yang haq dan bathil. Pertarungan mengalahkan hawa nafsu. Pertarungan mempertahankan hak dan kewajiban.
Anakku sayang, engkau hidup pada zaman dimana keadilan begitu susah didapatkan. Kebenaran menjadi sebuah barang langka yang begitu sulit ditemukan. Yang benar menjadi tontonan, yang salah dijadikan tuntunan. Harga diri diperjualbelikan dengan harga teramat murah. Hukum diperdagangkan. Harga nyawa manusia nyaris tidak jauh beda dengan makhluk Allah bernama binatang. Perbuatan maksiat sudah menjadi pemandangan biasa yang begitu mudah ditemui. Rasa malu sudah mulai menipis. Kontrol sosial tidak berlaku lagi. Iman di dada sudah mulai sirna. Berbuat baik menjadi sebuah hal dianggap yang aneh dan bahkan ditertawakan. Para guru tidak lagi mendidik dengan sepenuh cinta. Para orangtua minim tanggung jawab kepada anak dan keluarganya. Para pemimpin tidak lagi memperdulikan nasib rakyatnya, karena sibuk memperkaya diri dan keluarganya. Para pemuda/i sudah banyak yang kehilangan arah dan tujuan. Kebaikan orang lain yang banyak akan lenyap seketika, saat sedikit saja terlihat keburukan di dirinya. Orang enggan berbuat baik karena takut dibilang sok alim, sok sholeh, sok ahli syurga, sok ambil muka dan lain sebagainya.
Anandaku sayang, tidak penting berapa banyak orang melakukan sesuatu kebaikan itu. Yang penting perdalam ilmu dan pemahamanmu tentang itu, maka konsistenlah dalam menjalankannya. Tempuhlah semua kelakuan yang dapat menyampaikanmu pada keridhoan Allah dengan tekad dan kesungguhan. Pegang teguh selalu prinsip hidupmu. Betapa banyak orang yang tahu, bahkan paham bahwa berjama’ah di masjid itu lebih baik, namun hanya berapa yang mau dan mampu melaksanakannya? Biarlah engkau dianggap aneh, asalkan bukan larangan Allah yang engkau lakukan. Biarlah manusia benci, asalkan Allah Subahanhu Wa’ Ta’ala sayang dan cinta kepadamu. Ingatlah, bahwa hidup di dunia hanya sementara. Hanya berapa lama engkau dibenci? dan tak terbayangkan berapa lama kasih sayang Allah yang akan engkau dapatkan di yaumil akhir kelak….
Sumber: http://www.dakwatuna.com/2013/05/25/33795/surat-cinta-buat-anak-anakku/#ixzz2lAVuJSi9
Komentar
Posting Komentar