Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dengan label Serial Cinta Abi Wafa

002 Haru Biru Abi Baru, Kami Namakan Engkau “Wafa Tsabitah ‘Ulya” Sang Putri Subuh

Sambil menunggu tenaga pendamping Program kerjasama Kemitraan Di BPKP Povinsi Riau, saya menuliskan lanjutan Haru biru Abi Baru ini. Setelah ditinggal selama 3 hari akhirnya malam tadi saya bersua kembali dengan dengan sang Putri Subuh (Fajr’s Princess). Saya tanyakan Umminya rewel tidak? Katanya tidak Cuma bangun kalau lapar lalu menyusu atau basah karena pipis atau BAB setelah itu dia akan tidur kembali atau beraktivitas berupaya mengeluarkan tangan dan kakinya dari pakaian bayinya. Meninju ke udara dan mengeluarkan suara berdesis serta membuka matanya yang sipit. Matanya sudah seperti bayi umur satu bulanan, bahkan sudah bisa diaja ngomong. Tapi kami tidak biasakan untuk di pegang agar tidak manja dan tidak mandiri nanti. Habis dibersihkan atau di susui diletakkan saja pada tempatnya. Dia akan bermain sendiri dan sesekali memekik riang. Subhanallah…. Anak itu memang begitu imut dan comel Alhamdulillah. Tadi malam seperti kata umminya dia Caper (cari perhatian sama Abinya). ...

001 Haru Biru Rindu Abi Baru: Anakku Engkau Adalah Si Putri Subuh (Fajr’s Princess)

Jarum jam terus berdetak detik demi detik. Malam sudah larut, pukul 00.20. Hatiku rindu… Hatiku biru mengenangkan akhwat kecilku yang berjarak lebih dari 60 km saat sekarang ini dengan ku. Aku di bumi Bertuah sedang mempersiapkan agenda besar peran serta dakwah dalam musyarakah di sektor ketiga. Dia di sana bersama umminya di pelataran Kota beriman Bangkinang. Ku teringat sepenggal kalimat dari Abaku:”Kalau kau ingin merasakan sayangnya seorang Ayah, maka tunggulah nanti kalau sudah punya anak.” Kalimat ini ditujukan kepadaku di sela-sela debat dan diskusi sengit kami saat ku baru mulai tarbiyah dengan segala idealisme tekstualnya yang saklek. Berpisah dengan istri bagiku biasa saja. Bahkan ku sering menyatakan menangis berairmata darahpun (kejam juga yee…) aku akan tetap berangkat. Berpisah dengan anak rindunya menyusup dengan lembut, sangat lembut. Maka wajarlah seorang manusia dijadikan indah terhadap anak lebih lembut dari kerinduan pada seorang istri. Tapi perjuangan ha...