Sambil
menunggu tenaga pendamping Program kerjasama Kemitraan Di BPKP Povinsi Riau,
saya menuliskan lanjutan Haru biru Abi Baru ini. Setelah ditinggal selama 3
hari akhirnya malam tadi saya bersua kembali dengan dengan sang Putri Subuh
(Fajr’s Princess). Saya tanyakan Umminya rewel tidak? Katanya tidak Cuma bangun
kalau lapar lalu menyusu atau basah karena pipis atau BAB setelah itu dia akan
tidur kembali atau beraktivitas berupaya mengeluarkan tangan dan kakinya dari
pakaian bayinya. Meninju ke udara dan mengeluarkan suara berdesis serta membuka
matanya yang sipit. Matanya sudah seperti bayi umur satu bulanan, bahkan sudah
bisa diaja ngomong. Tapi kami tidak biasakan untuk di pegang agar tidak manja
dan tidak mandiri nanti. Habis dibersihkan atau di susui diletakkan saja pada
tempatnya. Dia akan bermain sendiri dan sesekali memekik riang. Subhanallah….
Anak itu memang begitu imut dan comel Alhamdulillah.
Tadi
malam seperti kata umminya dia Caper (cari perhatian sama Abinya).
Sebentar-sebentar pipis, sebentar-sebentar BAB. Saya kan dah ngantuk sekali,
sampai di bangkinang sekitar pukul 20.30 dia yang biasanya sudah tidur bangun
sampai jam 22.30 barulah setelah di susui dia tidur baru bangun jam 04.30
subuh. Membangunkan Abi dan Umminya Shalat Subuh. Benar-benar Fajr’s Princess.
Hari ini agendanya berangkat ke Rumah Nenek di Pihak Ummi tepat setelah Subuh
karena Abinya harus ke Pekanbaru lagi sekitar pukul 07.00 untuk melanjutkan
tugas dakwah yang masih tertunda.
Setelah
diantar ke rumah neneknya Di Padang tarap Air Tiris, sang Putri Subuh harus
ditinggal lagi dalam waktu yang saya juga tidak tahu. Tergantung waktu luang
dari kesibukanlah. Wah jadi cerita kemana-mana, subtansinya jadi melenceng.
Begini
saja, lama sebelum menikah saya sudah membuat rancangan cita-cita masa depan
dengan sangat detil sekali. Kapan menikah kalau punya anak maunya berapa
(maunya sih sebanyak-banyaknya, tapi saya memilih 1 orang anak yang bernilai
sejuta orang dari pada sejuta anak yang nilainya Cuma satu orang). Saya sudah rancang nama mereka. Akhirnya saya
punya stok nama anak 5. Dua untuk laki-laki dan tiga untuk anak perempuan.
Ketika kelahiran anak Adik saya yang nomor dua satu nama laki-laki sudah
diambil (Faris Syauqi hanifa). Jadi sisa satu nama lagi untuk laki-laki dan
tiga nama untuk anak perempuan.
Akhirnya
setelah kesepakatan dengan Umminya kami menamakan sang Putri Subuh dengan nama:
“Wafa Tsabitah ‘Ulya.” (Wanita yang mendapatkan kemuliaan dengan bermodalkan
kekokohan kesetiaan).
Latarbelakang
nama ini dari buku: “Cinta di Rumah Hasan al Banna” Ust. Hasan Al Banna biasa
di panggil dengan Abi Wafa. Anak pertamanya Wafa yang akhirnya menikah dengan
ust. Said Ramadhan yang In sha Allah Syahid di Suriah. Wafa ini selalu menjadi
seperti asisten dan sekretaris mendampingi Ust. Hasan Al Banna, mempersiapkan
persiapan ust. Hasan Al Banna. Sehingga pernah anak beliau yang lain yaitu Ust.
Syaiful Islam Al Banna Protes, ust. Hasan Al Banna menyatakan,” Dia itu kakakmu
lebih tua darimu seorang wanita yang lebih teliti dari dirimu.”
Intinya
saya juga sedang mempersiapkan sang putri Subuh, tak jauh beda dengan Wafa
anaknya ust. Hasan Al Banna. Semoga Allah memberkahi niat mulia ini.
Sampai di sini edisi Haru Biru Abi Baru, semoga bersua dalam topik dan tema
yang berbeda.
Ruang
Tunggu BPKP Propinsi Riau, Kamis, 09 Januari 2014 09.35 WIB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar