Jarum jam terus berdetak detik demi detik. Malam sudah larut, pukul 00.20. Hatiku rindu… Hatiku biru mengenangkan akhwat kecilku yang berjarak lebih dari 60 km saat sekarang ini dengan ku. Aku di bumi Bertuah sedang mempersiapkan agenda besar peran serta dakwah dalam musyarakah di sektor ketiga. Dia di sana bersama umminya di pelataran Kota beriman Bangkinang. Ku teringat sepenggal kalimat dari Abaku:”Kalau kau ingin merasakan sayangnya seorang Ayah, maka tunggulah nanti kalau sudah punya anak.” Kalimat ini ditujukan kepadaku di sela-sela debat dan diskusi sengit kami saat ku baru mulai tarbiyah dengan segala idealisme tekstualnya yang saklek. Berpisah dengan istri bagiku biasa saja. Bahkan ku sering menyatakan menangis berairmata darahpun (kejam juga yee…) aku akan tetap berangkat. Berpisah dengan anak rindunya menyusup dengan lembut, sangat lembut. Maka wajarlah seorang manusia dijadikan indah terhadap anak lebih lembut dari kerinduan pada seorang istri. Tapi perjuangan ha...
Nyaman dan Bahagia, Memuliakan dengan semangat Cinta,Ikhlas, Ihsanul 'Amal dan Harmoni