Langsung ke konten utama

Hujan Rahmat ....!!!



Hujan….
Hadirmu membawa kesejukan dalam relung hati yang gersang
Belaian dari tiupan anginmu membawa hadir segudang rindu akan kasih Illahi Rabbi
Inilah bagian dari keagungan ciptaan-Mu ya Rabb….
Tiada banding untuk disandingkan.

Aku terpana, aku terpesona, aku terpukau dengan apa yang telah disajikan
Indah… tiada kata-kata ampuh sekalipun yang bisa melukiskannya
Indah, sungguh indah….
Subhanallah….

Subhanallah …..
Benih cinta bisa saja tumbuh di lahan gersang
Karena hujan adalah karunia yang memberkahkan
Segala sesuatu dimulai dari air
Bahkan Arasy Allahpun berada di atas air
Pernah Seorang Nabi   bertanya bagaimana Allah menghidupkan bumi
Allah menjawab dengan menidurkannya selama seratus tahun
Kampung mati yang dilaluinya kembali hidup dan bergairah
Iapun di tanya berapa lama di sana ?
Setengah hari katanya!
Tidak ! Seratus tahun!
Lihatlah keledaimu dan makananmu di sudut sana!
Tinggal tulang belulang dan hampir tak berbekas
Perlahan namun pasti ia kembali seperti semula
Kenapa bisa begitu ?
Inilah kekuatan cinta
Kekuatan yang merubah gersang menjadi subur dan gembur
Kekuatan yang bisa merubah Padang pasir menjadi padang gembala
Kekuatan yang bisa merubah Hina jadi mulia
Kekuatan yang bisa merubah budak menjadi Ulama
Kekuatan yang merubah si lemah menjadi berwibawa
Kekuatan yang merubah si pengecut menjadi Jumawa 
(DEE, 4/25/2013, 6:26 PM) Kala terkurung hujan bersama Di Bangkinang. ^_^

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Surat Muhammad Beltaji pada Asmaa, Putrinya yang Syahid di Rabaa Al Adawiya

Asma El Beltaji Syahid di Rabah Adawiyah pada tgl 14/8/13, putri dari Muhammad El Beltaji Putriku tercinta dan guruku yang mulia.. Asma al-Beltaji, aku tidak mengucapkan selamat tinggal padamu, tapi kukatakan bahwa besok kita akan bertemu lagi. Kau telah hidup dengan kepala terangkat tinggi, berjuang melawan tirani dan belenggu serta mencintai kemerdekaan. Kau telah hidup sebagai seseorang yang diam-diam mencari cakrawala baru untuk membangun kembali bangsa ini, memastikan tempatnya di tengah-tengah peradaban. Kau tidak pernah dijajah oleh perkara sia-sia yang menyibukkan para remaja se usiamu. Meskipun pendidikan tidak mampu memenuhi aspirasi dan ketertarikan mu, kau selalu yang terbaik di kelas Aku tidak punya cukup waktu untuk membersamaimu dalam hidup singkat ini, terutama karena waktuku tidak memungkinkan untuk menikmati kebersamaan denganmu. Terakhir kali kita duduk bersama di Rabaa Al Adawiya kau berkata padaku, “Bahkan ketika Ayah bersama kami, Ayah teta...

Kenapa Piagam Ini Lahir? (Bagian Lima - Habis)

Pesan Dari Piagam Keluarga Begitulah. Melalui contoh-contoh tersebut, sekali lagi hanya contoh, dari dokumen Kependudukan tergambar bagaimana invasi dan serangan telah dilakukan terhadap benteng terakhir umat Islam, sistem nilai-nilainya dan benteng-benteng dari Keluarga Muslim. Itulah kondisi yang melatarbelakangi urgensi perumusan Piagam Keluarga dalam Islam ini.  Ditambah catatan yang menerangkannya, sehingga dapat menjadi suluh yang menerangi jalan umat Islam, laki-laki  maupun perempuan, dan menjadi referensi bagi masyarakat Muslim, ormas Islam baik sipil maupun pemerintah, nasional maupun regional. Bahkan piagam ini juga sebagai jawaban terhadap piagam yang menjadi invasi pemikiran dan ideologi terhadap Islam, yang menularkan kanker yang berbahaya dalam tubuh masyarakat kita karena telah menghantam benteng-benteng pertahanan terakhir Islam dan ummatnya, yakni benteng keluarga. Kita dan Barat berada pada dua konsep konsep kebebasan yang berbeda, yang m...

Hujan Makrifat !

Rintik air digerai angin Petir mengkilat guruh gemuruh Lautan syukur seakan terguyur Nikmat Allah datang menggelombang Ya Allah engkau jadikan hujan sebagai rahmat Banyak berkah tumpah meruah Ya Allah kami ini hanya Hamba-Mu maka lembutlah kepada kami Semua ubun-ubun kami ada dalam pegangan-Mu Tanpa-Mu apalah artinya kami ini Tanpa-Mu apalah daya kami ini Tanpa-Mu kami tiada berarti Bimbinglah kami seperti hujan yang digilir Bimbinglah kami seperti awan yang bergerombol Bimbinglah kami seperti air yang mengalir Bimbinglah kami seperti sungai yang mengarus Bimbilnglah kami seperti laut yang bergelombang Bimbinglah kami seperti samudera yang membadai Bimbinglah kami sehingga semua bemuara ke Syurga Dengan penuh ridha dan keridhaan Hujan ini tingkah meningkah Dari renyai menjadi lebat Kami kini mulai melangkah Menapak jalan hayat menuju makrifat